Kondisi Perairan Danau Maninjau dan Sungai Mahakam



Kondisi Perairan Pada Danau Maninjau dan Sungai Mahakam
Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas pada
Mata Kuliah Ekologi Perairan”


Disusun oleh :


Kelompok 1


Eskasatri                                                         230110100006
Tito Aria N.                                                    230110100010
Silvandrey                                                      230110100029
Mukroji                                                           230110100071
Franscorius Poltak Petrus                   230110100088


UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI ILMU PERIKANAN
JATINANGOR
2012


DANAU MANINJAU


Danau Maninjau adalah sebuah danau di kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, provinsi Sumatra Barat, Indonesia. Danau ini terletak sekitar 140 kilometer sebelah utara Kota Padang, ibukota Sumatera Barat, 36 kilometer dari Bukittinggi, 27 kilometer dari Lubuk Basung, ibukota Kabupaten Agam. Maninjau yang merupakan danau vulkanik ini berada di ketinggian 461,50 meter di atas permukaan laut. Luas Maninjau sekitar 99,5 km² dan memiliki kedalaman maksimum 495 meter. Cekungannya terbentuk karena letusan gunung yang bernama Sitinjau (menurut legenda setempat), hal ini dapat terlihat dari bentuk bukit sekeliling danau yang menyerupai seperti dinding. Menurut legenda di Ranah Minang, keberadaan Danau Maninjau berkaitan erat dengan kisah Bujang Sembilan. Danau Maninjau merupakan sumber air untuk sungai bernama Batang Sri Antokan. Di salah satu bagian danau yang merupakan hulu dari Batang Sri Antokan terdapat PLTA Maninjau. Puncak tertinggi diperbukitan sekitar Danau Maninjau dikenal dengan nama Puncak Lawang. Untuk bisa mencapai Danau Maninjau jika dari arah Bukittinggi maka akan melewati jalan berkelok-kelok yang dikenal dengan Kelok 44 sepanjang kurang lebih 10 km mulai dari Ambun Pagi sampai ke Maninjau. Danau ini tercatat sebagai danau terluas kesebelas di Indonesia. Sedangkan di Sumatera Barat, Maninjau merupakan danau terluas kedua setelah Danau Singkarak yang memiliki luas 129,69 km² yang berada di dua kabupaten yaitu Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Solok.


Kondisi Limnologis


Sumatera barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang kaya akan perairan darat seperti danau. Akan tetapi, kekayaan ini juga dipengaruhi oleh aspek-aspek sentral limnologi, yaitu:




  • Kesetimbangan material dan energy biogenic

  • Kondisi iklim dan hidrogafi


Aspek-aspek inilah yang membantu untuk menganalisa permasalahan dari kondisi limnologi tersebut. Permasalahan yang sering muncul adalah kandungan bahan organic yang berlebihan dan blooming plankton yang menimbulkan toksik pada perairan. Hal ini menyebabkan kerugian yang besar bagi petani Tambak terutama di danau maninjau yang notabennya adalah produsen ikan tawar se sumatera tengah. Permasalahan yang terjadi jika ditinjau dari aspek limnologi dapat dibedakan berdasarkan beberapa faktor yaitu:


A. Faktor Fisik

Permasalahan yang kita lihat dari fisik air adalah

  • Suhu

    Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam proses metabolisme organisme di perairan. Perubahan suhu yang mendadak atau kejadian suhu yang ekstrim akan mengganggu kehidupan organisme bahkan dapat menyebabkan kematian. Suhu perairan dapat mengalami perubahan sesuai dengan musim, letak lintang suatu wilayah, ketinggian dari permukaan laut, letak tempat terhadap garis edar matahari, waktu pengukuran dan kedalaman air.
    Suhu air mempunyai peranan dalam mengatur kehidupan biota perairan, terutama dalam proses metabolisme. Kenaikan suhu menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi oksigen, namun di lain pihak juga mengakibatkan turunnya keperluan proses metabolisme dan respirasi.


    Adapun sebaran suhu di perairan Danau Maninjau selama penelitian disajikan pada Gambar 1.
    UntitledGambar 1. Sebaran nilai rata-rata suhu di perairan Danau Maninjau


    Pada hasil pengukuran suhu dilokasi penelitian secara keseluruhan tidak memperlihatkan variasi yang besar, bahkan relatif stabil yaitu berkisar antara 28,15–28,47 0C, dengan nilai rata-rata 28,25 0C. Melihat keadaan suhu di daerah penelitian, dapat disimpulkan bahwa kondisi suhu di perairan Danau Maninjau masih memenuhi baku mutu air. Dengan demikian, perairan Danau Maninjau dapat digunakan sebagai sumber air baku air minum.




  • Total Padatan Tersuspensi (TSS)


    Padatan tersuspensi terdiri dari komponen terendapkan, bahan melayang dan komponen tersuspensi koloid. Padatan tersuspensi mengandung bahan anorganik dan bahan organik. Bahan anorganik antara lain berupa liat dan butiran pasir, sedangkan bahan organik berupa sisa-sisa tumbuhan dan padatan biologi lainnya seperti sel alga, bakteri dan sebagainya (Peavy et al., 1986).
    Hasil pengukuran total padatan tersuspensi di perairan Danau Maninjau berkisar antara 46,47–56,7 mg/l dengan rata-rata 51,59 mg/l (Gambar 2). Tingginya kadar padatan tersuspensi di perairan Danau Maninjau disebabkan oleh tinggingya pemanfaatan lahan, baik untuk pertanian maupun permukiman.
    Menurut Sastrawijaya (1991), nilai TSS antara 50–100 mg/l merupakan perairan dalam kondisi mesotrof atau perairan danau dengan tingkat kesuburan sedang.
    1Gambar 2. Sebaran nilai rat-rata TSS di perairan Danau Maninjau.


    Nilai TSS apabila diperbandingkan dengan baku mutu air yang mempersyaratkan konsentrasi total padatan tersuspensi maksimum 50 mg/l, maka perairan Danau Maninjau sudah melampaui baku mutu yang diperbolehkan. Dengan demikian, perairan danau secara umum tidak layak lagi untuk dimanfaatkan sebagai sumber baku air minum, namun masih layak dimanfaatkan untuk kegiatan perikanan.



  • Kecerahan

    Nilai kecerahan suatu perairan berhubungan erat dengan penetrasi cahaya matahari ke dalam badan air. Cahaya matahari akan membantu proses terjadinya fotosintesis yang akan menghasilkan oksigen terlarut yang merupakan factor penting dalam kehidupan akuatik. Nilai kecerahan di perairan Danau Maninjau berkisar antara 76–83 cm dengan nilai rata-rata 78,6 cm (Gambar 3).


    Nilai kecerahan antar stasiun penelitian mempunyai variasi yang relative kecil dan hampir menyebar merata pada setiap stasiun. Adanya perbedaan nilai kecerahan ini diduga karena pengaruh dari kuantitas maupun kualitas air dari daerah aliran sungai yang membawa partikel-partikel bahan organik ke perairan danau.
    2Gambar 3. Sebaran nilai rata-rata kecerahan di perairan Danau Maninjau.


B. Faktor Kimia

 

No comments:



Powered by Blogger.