Definisi, Habitat, Organisme, Pengambilan Sampel Estuaria dan Rawa
ESTUARIA
Definisi Estuaria
Estuari berasal dari kata aetus yang artinya pasang-surut. Estuari didefinisikan sebagai badan air di wilayah pantai yang setengah tertutup, yang berhubungan dengan laut bebas. Oleh karena itu ekosistem ini sangat dipengaruhi oleh pasang surut dan air laut bercampur dengan air darat yang menyebabkan salinitasnya lebih rendah dari pada air laut. Sebagian besar estuari didominasi oleh substrat berlumpur yang merupakan endapan yang dibawa oleh air tawar dan air laut. Contoh dari estuaria adalah muara sungai, teluk dan rawa pasang-surut. (Bengen, 2002; Pritchard, 1976).
Estuari terdapat diseluruh dunia, tetapi estuari yang baik terdapat pada daerah pantai tengah lintang (mid latitude) sehingga permukaan laut cenderung meningkat. Estuarine sedimen dapat berasal dari berbagai sumber, termasuk drainase basin, rak kontinental dan perairan pantai, atmosfer, erosi dari estuarine margin dan bawah sedimen, biologi dan aktivitas. (Dyer, 1986) menunjukkan bahwa sumber-sumber laut endapan yang paling dominan untuk zona sedang muara. Tiga jenis dasar muara dapat diidentifikasi pada hydrodynamic kriteria, yaitu baji garam (atau bertingkat),tipe sebagian dicampur dan tipe tercampur penuh,tergantung pada relatif kuatnya aliran sungai dan arus pasang surut. Setiap tipe estuari berbeda residual sirkulasi arusnya. Didaerah yang aliran air sungainya tinggi dan rendah pasang surutnya ada sedikit campuran air garam dan air tawar - dengan air sungai apung di denser garam dan mengalir leluasa semua jalan ke laut terbuka. Seperti karakteristik aliran memiliki sedimentological consequences,dengan membentuk delta di mulut muara, dan sedimen kasar berada di hulu di ujung baji garam. Seperti di muara, seperti Mississippi, Rhone, Niger dan Orinoco,sebagian besar sedimen berasal dari sungai. Di Mississippi baji garam merembes 150 km mengarah kedarat pada sungai yang debit airnya kecil, dan hanya 1,5 km aliran besarnya. (Nichols dan Biggs, 1985).
Sebagian estuari yang tercampur, dengan rentang pasang surut besar dan relatif kecil masukan sungai, yang jelas menunjukkan gradasi vertikal dari saltwater ke payau ke air tawar, dan banyak sedimen yang dibawa dari laut. Endapan yang lebih besar didepositkan sebagai penghalang di dekat mulut dan endapan halus menembus hulu,membentuk kekeruhan yang tinggi di batas intrusi saltwater. Contoh Estuari sebagian tercampur terdapat di Mersey, Inggris dan Teluk Chesapeake, Amerika Serikat. Estuari yang tercampur penuh di mana terjadi pasang dan berbagai velocities yang saat ini cukup besar untuk merobohkan salinitas gradient yang vertikal, untuk menghasilkan campuran secara total homogen air. Pada Estuari yang luas, ada banyak sisi variasi sebagai pasang surut air dan aliran sungai yg dibelokkan oleh tekanan Coriolis.
Tipe Estuaria
Estuaria dapat dikelompokkan atas empat tipe, berdasarkan karakteristik geomorfologinya (Bengen, 2002) :
- Estuaria dataran pesisir; paling umum dijumpai, dimana pembentukannya terjadi akibat penaikan permukaan air laut yang menggenangi sungai di bagian pantai yang landai.
- Laguna (Gobah) atau teluk semi tertutup; terbentuk oleh adanya beting pasir yang terletak sejajar dengan garis pantai, sehingga menghalangi interaksi langsung dan terbuka dengan perairan laut.
- Fjords; merupakan estuaria yang dalam, terbentuk oleh aktivitas glasier yang mengakibatkan tergenangnya lembah es oleh air laut.
- Estuaria tektonik; terbentuk akibat aktivitas tektoknik (gempa bumi atau letusan gunung berapi) yang mengakibatkan turunnya permukaan tanah yang kemudian digenangi oleh air laut pada saat pasang.
Berdasarkan pola sirkulasi dan stratifikasi air terdapat tiga tipe estuaria :
- Estuaria berstratifikasi sempurna/nyata atau estuaria baji garam, dicirikan oleh adanya batas yang jelas antara air tawar dan air asin. Estuaria tipe ini ditemukan di daerah-daerah dimana aliran air tawar dari sungai besar lebih dominan dari pada intrusi air asin dari laut yang dipengaruhi oleh pasang-surut.
- Estuaria berstratifikasi sebagian/parsial merupakan tipe yang paling umum dijumpai. Pada estuaria ini, aliran air tawar dari sungai seimbang dengan air laut yang masuk melalui arus pasang. Pencampuran air dapat terjadi karena adanya turbulensi yang berlangsung secara berkala oleh aksi pasang-surut.
- Estuaria campuran sempurna atau estuaria homogen vertikal. Estuaria tipe ini dijumpai di lokasi-lokasi dimana arus pasang-surut sangat dominan dan kuat, sehingga air estuaria tercampur sempurna dan tidak terdapat stratifikasi.
Kondisi Ekosistem Estuari
Ekosistem estuari merupakan bagian dari wilayah pesisir dan lautan, seperti yang telah dijelaskan bahwa estuari merupakan daerah percampuran antara air laut dan air tawar yang berasal dari sungai, sumber air tawar lainnya, lingkungan estuari juga merupakan daerah peralihan antara darat dan laut yang sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut akan tetapi daerah estuari terlindung oleh gelombang laut. Menurut Supriharyono (2000), kombinasi pengaruh antara air laut dengan air tawar menghasilkan komunitas yang khas dengan lingkungan yang bervariasi antara lain:
- Tempat bertemunya arus sungai dengan arus pasang surut, yang berlawanan menyebabkan suatu pengaruh yang kuat pada sedimentasi, pencampuran air, dan ciri-ciri fisika lainnya, serta membawa pengaruh besar pada biotanya.
- Pencampuran kedua macam air tersebut menghasilkan suatu sifat fisika lingkungan khusus yang tidak sama dengan sifat air sungai maupun sifat air laut.
- Perubahan yang terjadi akibat adanya pasang surut mengharuskan komunitas mengadakan penyesuaian secara fisiologis dengan lingkungan sekelilingnya.
- Tingkat kadar garam di daerah estuaria tergantung pada pasangsurut air laut, banyaknya aliran air tawar dan arus-arus lain, serta topografi daerah estuaria tersebut.
Kondisi lingkungan fisik yang bervariasi dan merupakan daerah peralihan antara darat dan laut, estuari mempunyai pola pencampuran air laut dan air tawar yang tersendiri. Menurut (Kasim, 2005), pola pencampuran sangat dipengaruhi oleh sirkulasi air, topografi , kedalaman dan pola pasang surut karena dorongan dan volume air akan sangat berbeda khususnya yang bersumber dari air sungai.
Berikut pola pencampuran antara air laut dengan air tawar :
- Pola dengan dominasi air laut (Salt wedge estuary) yang ditandai dengan desakan dari air laut pada lapisan bawah permukaan air saat terjadi pertemuan antara air sungai dan air laut. Salinitas air dari estuaria ini sangat berbeda antara lapisan atas air dengan salinitas yang lebih rendah di banding lapisan bawah yang lebih tinggi.
- Pola percampuran merata antara air laut dan air sungai (well mixed estuary). Pola ini ditandai dengan pencampuran yang merata antara air laut dan air tawar sehingga tidak terbentuk stratifikasi secara vertikal, tetapi stratifikasinya dapat secara horizontal yang derajat salinitasnya akan meningkat pada daerah dekat laut.
- Pola dominasi air laut dan pola percampuran merata atau pola percampuran tidak merata (Partially mixed estuary). Pola ini akan sangat labil atau sangat tergantung pada desakan air sungai dan air laut. Pada pola ini terjadi percampuran air laut yang tidak merata sehingga hampir tidak terbentuk stratifikasi salinitas baik itu secara horizontal maupun secara vertikal.
- Pada beberapa daerah estuaria yang mempunyai topografi unik, kadang terjadi pola tersendiri yang lebih unik. Pola ini cenderung ada jika pada daerah muara sungai tersebut mempunyai topografi dengan bentukan yang menonjol membetuk semacam lekukan pada dasar estuaria. Tonjolan permukaan yang mencuat ini dapat menstagnankan lapisan air pada dasar perairan sehingga, terjadi stratifikasi salinitas secara vertikal. Pola ini menghambat turbulensi dasar yang hingga salinitas dasar perairan cenderung tetap dengan salinitas yang lebih tinggi.
Jika ditinjau dari faktor fisik, ekosistem estuari memiliki variasi yang tinggi. Seperti yang telah dijelaskan bahwa estuari sangat dipengaruhi oleh kimia, biologi, ekologi dan jenis habitat yang terbentuk di dalamnya. Interaksi antara komponen fisik, kimia dan biologi membentuk ekosistem yang kompleks. Hal ini disebabkan karena dinamika dari estuari sangat besar, baik dalam jangka waktu yang pendek karena adanya pasang surut dan jangka waktu yang panjang dengan adanya pergantian musim.
Dengan kondisi fisik yang seperti itu ekosistem estuari juga membentuk habitat-habitat yang memiliki ciri khas, organisme yang mampu bertahan pada kondisi fisik dan kimia akan dapat menyesuaikan dengan kondisi tersebut. Tetapi bagi organisme yang tidak mampu bertahan pada ambang batas tersebut organisme hanya akan menjadi pengunjung transisi, jika pada ambang batas yang sesuai organisme akan masuk ke habitat estuari tetapi jika tidak maka organisme akan meninggalkan estuari.
Peranan Ekologi Estuari
Ekosistem estuari mempunyai peran ekologi, secara umum (Bengen, 2004) mengemukakan peran ekologi diantaranya:
- Sebagai sumber zat hara dan bahan organik yang diangkut lewat sirkulasi pasang surut (tidal circulation),
- Penyedia habitat bagi sejumlah spesies hewan yang bergantung pada estuaria sebagai tempat berlindung dan tempat mencari makanan (feeding ground) dan sebagai tempat untuk bereproduksi dan/atau tempat tumbuh besar (nursery ground) terutama bagi sejumlah spesies ikan dan udang,
- Perairan estuaria secara umum dimanfaatkan manusia untuk tempat pemukiman,
- Tempat penangkapan dan budidaya sumberdaya ikan,
- Jalur transportasi, pelabuhan dan kawasan industri.
Pembagian tipe-tipe estuari dapat dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu, kekuatan gelombang, pasang surut dan keberadaan sungai. Kuat lemahnya ketiga faktor ini tergantung dari bentuk geomorfologinya. Secara umum tipe-tipe estuari dapat dibagi menjadi tujuh tipe:
- Embayments and drown river valleys (Teluk dengan sungai dari lembah bukit).
- Wave-dominated estuaries (Estuari dengan dominasi gelombang).
- Wave-dominated deltas (Delta dengan dominasi gelombang).
- Coastal lagoons and strandplains (Lagun dengan hamparan tanah datar).
- Tide-dominated estuaries (Estuari dengan dominasi pasang surut).
- Tide-dominated deltas (Delta dengan dominasi pasang surut).
- Tidal creeks (Daerah pasang surut dengan banyak anak sungai).
Karakteristik Fisik Estuari
Perpaduan antara beberapa sifat fisik estuari mempunyai peranan yang penting terhadap kehidupan biota estuari. Beberapa sifat fisik yang penting adalah sebagai berikut:
1. Salinitas
Salinitas di estuaria dipengaruhi oleh musim, topografi estuaria, pasang surut, dan jumlah air tawar. Pada saat pasang-naik, air laut menjauhi hulu estuaria dan menggeser isohaline ke hulu. Pada saat pasang-turun, menggeser isohaline ke hilir. Kondisi tersebut menyebabkan adanya daerah yang salinitasnya berubah sesuai dengan pasang surut dan memiliki fluktuasi salinitas yang maksimum (Nybakken, 1988).
Rotasi bumi juga mempengaruhi salinitas estuaria yang disebut dengan kekuatan Coriolis. Rotasi bumi membelokkan aliran air di belahan bumi. Di belahan bumi utara, kekuatan coriolis membelokkan air tawar yang mengalir ke luar sebelah kanan jika melihat estuaria ke arah laut dan air asin mengalir ke estuaria digeser ke kanan jika melihar estuaria dari arah laut. Pembelokkan aliran air di belahan bumi selatan adalah kebalikan dari belahan bumi utara (Nybakken, 1988).
Salinitas juga dipengaruhi oleh perubahan penguapan musiman. Di daerah yang debit air tawar selama setengah tahun, maka salinitasnya menjadi tinggi pada daerah hulu. Jika aliran air tawar naik, maka gradient salinitas digeser ke hilir ke arah mulut estuaria (Nybakken, 1988). Pada estuaria dikenal dengan air interstitial yang berasal dari air berada di atas substrat estuaria. Air interstitial, lumput dan pasir bersifat buffer terhadap air yang terdapat di atasnya. Daerah intertidal bagian atas (ke arah hulu) mempunyai salinitas tinggi daripada daerah intertidal bagian bawah (ke arah hilir).
2. Substrat
Dominasi substart pada estuaria adalah lumpur yang berasal dari sediment yang dibawa ke estuaria oleh air laut maupun air tawar. Sungai membawa partikel lumpur dalam bentuk suspensi. Ion-ion yang berasal dari air laut menyebabkan partikel lumput menjadi menggumpal dan membentuk partikel yang lebih besar, lebih berat, dan mengendap membentuk dasar lumur yang khas. Partikel yang lebih besar mengendap lebih cepat daripada partikel kecil. Arus kuat mempertahankan partikel dalam suspensi lebih lama daripada arus lemah sehingga substrat pada tempat yang arusnya kuat menjadi kasar (pasir atau kerikil) dan tempat yang arusnya lemah mempunyai substrat dengan partikel kecil berupa lumpur halus. Partikel yang mengendap di estuaria bersifat organik sehingga substart menjadi kaya akan bahan organik (Nybakken, 1988).
3. Suhu
Suhu air di estuaria lebih bervariasi daripada suhu air di sekitarnya karena volume air estuaria lebih kecil daripada luas permuakaan yang lebih besar. Hal tersebut menyebabkan air estuaria menjadi lebih cepat panas dan cepat dingin. Suhu air tawar yang dipengaruhi oleh perubahan suhu musiman juga menyebabkan suhu air estuaria lebih bervariasi. Suhu esturia lebih rendah saat musim dingin dan lebih tinggi saat musim panas daripada daerah perairan sekitarnya. Suhu air estuaria juga bervariasi secara vertikal. Pada estuaria positif memperlihatkan bahwa pada perairan permukaan didominasi oleh air tawar, sedangkan untuk perairan dalam didominasi oleh air laut (Nybakken, 1988).
4. Aksi ombak dan arus
Perairan estuaria yang dangkal menyebabkan tidak terbentuknya ombak yang besar. Arus di estuaria disebabkan oleh pasang surut dan aliran sungi. Arus biasanya terdapat pada kanal. Jika arus berubah posisi, kanal baru menjadi cepat terbentuk dan kanal lama menjadi tertutup (Nybakken, 1988).
5. Kekeruhan
Besarnya jumlah partikel tersuspensi dalam perairan estuaria pada waktu tertentu dalam setahun menyebabkan air menjadi sangat keruh. Kekeruhan tertinggi saat aliran sungai maksimum dan kekeruhan minimum di dekat mulut estuaria (Nybakken, 1988).
6. Oksigen
Kelarutan oksigen dalam air berkurang dengan naiknya suhu dan salinitas, maka jumlah oksigen dalam air akan bervariasi. Oksigen sangat berkurang di dalam substrat. Ukuran partikel sediment yang halus membatasi pertukaran antara air interstitial dengan kolom air di atasnya, sehingga oksigen menjadi sangat cepat berkurang (Nybakken, 1988).
Komposisi Biota dan Produktivitas Hayati Pada Estuari
Di estuaria terdapat tiga komponen fauna, yaitu fauna laut, air tawar dan payau. Komponen fauna yang terbesar didominasi oleh fauna laut, yaitu hewan stenohalin yang terbatas kemampuannya dalam mentolerir perubahan salinitas (umumnya > 30 0/00) dan hewan eurihalin yang mempunyai kemampuan mentolerir berbagai penurunan salinitas di bawah 30 0/00 . Komponen air payau terdiri dari spesies organisme yang hidup di pertengahan daerah estuaria pada salinitas antara 5-30 0/00. Spesies-spesies ini tidak ditemukan hidup pada perairan laut maupun tawar. Komponen air tawar biasanya terdiri dari hewan yang tidak mampu mentolerir salinitas di atas 5 0/00 dan hanya terbatas pada bagian hulu estuaria.
Biota yang hidup di ekosistem estuari umumnya adalah percampuran antara yang hidup endemik, artinya yang hanya hidup di estuari, dengan mereka yang berasal dari laut dan beberapa yang berasal dari perairan tawar, khususnya yang mempunyai kemampuan osmoregulasi yang tinggi. Bagi kehidupan banyak biota akuatik komersial, ekosistem estuari merupakan daerah pemijahan dan asuhan. Kepiting (Scylia serrata), tiram (Crassostrea cucullata) dan banyak ikan komersial merupakan hewan estuari. Udang niaga yang memijah di laut lepas membesarkan larvanya di ekosistem ini dengan memanfaatkannya sebagai sumber makanan.
Jumlah spesies organisme yang mendiami estuari jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan organisme yang hidup di perairan tawar dan laut. Sedikitnya jumlah spesies ini terutama disebabkan oleh fluktuasi kondisi lingkungan, sehingga hanya spesies yang memiliki kekhususan fisiologis yang mampu bertahan hidup di estuari. Hal tersebut menyebabkan hanya beberapa spesies saja yang mempunyai fisiologi khusus yang dapat bertahan hidup di estuaria. Fauna estuaria biasanya berasal dari laut. Fauna air tawar tidak dapat mentolerir kondisi lingkungan terutama kenaikan salinitas, sedangkan fauna air laut dapat mentolerir penurunan salinitas. Oleh karena itu mayoritas fauna yang terdapat di estuaria adalah binatang laut.
Contoh fauna estuaria yang sebenarnya, yaitu Nereis diversicolor, Crassostrea, Ostrea, Scrobicularia plana, Macoma balthica, Rangia flexuosa, Hydrobia, dan Palaemonetes. Hewan-hewan tersebut dapat hidup pada salinitas antara 5 0/00 dan 30 0/00. Selain itu, juga terdapat fauna peralihan karena beberapa aktivitas hidup dilakukan di estuaria, seperti mencari makan. Contoh hewan yang migrasi melewati estuaria ke daerah pemijahan, yaitu ikan salem (Salmo, Onchorhynchus) dan belut laut (Anguilla). Sedangkan contoh hewan yang sebagian daur hidupnya di estuaria, biasanya fase juvenil di estuaria dan fase dewasa di laut, yaitu udang damili Penaeidae (Penaeus setiferus, P. aztecus, P. duorarum) (Nybakken, 1988).
Selain miskin dalam jumlah spesies fauna, estuari juga miskin akan flora. Keruhnya perairan estuari menyebabkan hanya tumbuhan mencuat yang dapat tumbuh mendominasi.
Rendahnya produktivitas primer di kolom air, sedikitnya herbivora dan terdapatnya sejumlah besar detritus menunjukkan bahwa rantai makanan pada ekosistem estuari merupakan rantai makanan detritus. Detritus membentuk substrat untuk pertumbuhan bakteri dan algae yang kemudian menjadi sumber makanan penting bagi organisme pemakan suspensi dan detritus. Suatu penumpukan bahan makanan yang dimanfaatkan oleh organisme estuari merupakan produksi bersih dari detritus ini. Fauna di estuaria, seperti ikan, kepiting, kerang dan berbagai jenis cacing berproduksi dan saling terkait melalui suatu rantai makanan yang kompleks.
Estuaria mempunyai jumlah spesies plankton yang sedikit. Fitoplankton yang dominant di estuaria adalah diatom dan dinoflagellata. Genera diatom yang biasanya ditemui, yaitu Skeletonema, Asterionella, Chaetoceros, Nitzchia, Thalassionema, dan Melosira. Genera dinoflagellata yang sering dijumpai, yaitu Gymnnodnium, Gonyaulax, Peridinium, dan Ceratium. Kekeruhan yang tinggi dan cepatnya pergantian air menyebabkan jumlah fitoplankton dan produktivitas menjadi terbatas. Jumlah plankton dan produktivitas relative tinggi terjadi pada estuaria yang tingkat kekeruhannya rendah dan pergantian airnya lama.
Keberadaan zooplankton di estuaria dipengaruhi oleh jumlah fitoplankton. Gradien salinitas ke arah hulu estuaria juga mempengaruhi komposisi spesies zooplankton. Zooplankton estuaria terdapat pada estuaria yang lebih besar dan lebih stabil dengan gradient salinitas yang tidak terlalu bervariasi. Estuaria yang dangkal dengan cepat mengalami pergantian air didominasi oleh zooplankton laut yang terbawa oleh pasang surut. Zooplankton estuaria terdiri dari genera kopepoda Eurytemora, Acartia, Pseudodiaptomus, dan Centropages; misid tertentu misalnya genera Neomysis, Praunus, dan Mesopodopsis; dan amfipoda tertentu misalnya Gammarus (Nybakken, 1988).
Secara fisik dan biologis, estuari merupakan ekosistem produktif yang setaraf dengan hutan hujan tropik dan terumbu karang, karena :
- Estuari berperan sebagai jebak zat hara yang cepat di daurulang.
- Beragamnya komposisi tumbuhan di estuari baik tumbuhan makro (makrofiton) maupun tumbuhan mikro (mikrofiton), sehingga proses fotosintesis dapat berlangsung sepanjang tahun.
- Adanya fluktuasi permukaan air terutama akibat aksi pasang-surut, sehingga antara lain memungkinkan pengangkutan bahan makanan dan zat hara yang diperlukan berbagai organisme estuari.
Variasi salinitas di daerah estuaria menentukan kehidupan organisme laut/payau. Hewan-hewan yang hidup di perairan payau (salinitas 0,5 – 30o/oo), hipersaline (salinitas 40 - 80 o/oo), atau air garam (salinitas > 80 o/oo), biasanya mempunyai toleransi terhadap kisaran salinitas yang lebih besar dibandingkan dengan organisme yang hidup di air laut atau air tawar (Supriharyono, 2000). Organisme yang dapat tahan terhadap konsentrasi garam mulai dari air berkristal dalam kondisi kehidupan latent (benih, spora, cysta), dan mulai dari air destilata sampai salinitas hampir mencapai 300º/oo dalam kondisi kehidupan yang aktif (Ruinen, dalam Supriharyono, 2000). Estuaria juga sebagai tempat reprodukdi dan tempat pembesaran.
Terdapat beberapa spesies yang dapat bertahan hidup pada salinitas di atas 200 seperti brine shrimp, Artemia salina dan larva dipteran, Ephydra (Remane dan Schlieper dalam Kinne, 1964). Pada estuaria Laguna Madre, terdapat paling sedikit 25 spesies hewan yang tahan pada salinitas sekitar 75 - 80 o/oo. Beberapa diantara spesies tersebut seperti Nemopsis bacheri, Acartia tonsa, Balanus eburneus, dan beberapa jenis ikan juga dijumpai pada salinitas serendah 15 o/oo (Hedgpeth, 1967).
Hewan-hewan yang toleran pada kisaran salinitas yang luas disebut euryhaline, sedangkan yang toleran pada kisaran salinitas yang sempit disebut stenohaline (Kinne, 1964). Pengaruh salinitas terhadap organisme dapat terjadi melalui perubahan-perubahan total osmocon-sentration, relatif proporsi kandungan garam, koefisien absorpsi dan saturation gas-gas terlarut, densitas dan viskositas, dan kemungkinan juga melalui absorpsi radiasi, transmisi suara, dan konduktivitas listrik (Kinne, 1967).
Detritus membentuk substrat untuk pertumbuhan bakteri dan algae yang kemudian menjadi sumber makanan penting bagi organisme pemakan suspensi dan detritus. Suatu penumpukan bahan makanan yang dimanfaatkan oleh organisme estuari merupakan produksi bersih dari detritus ini. Fauna di estuaria, seperti ikan, kepiting, kerang, dan berbagai jenis cacing berproduksi dan saling terkait melalui suatu rantai makanan yang kompleks (Bengen, 2002).
Jejaring makanan estuaria
Muara jaring makanan dimulai dengan konversi energi matahari menjadi energi makanan oleh tumbuhan dan plankton makan Sederhana hubungan. Terdapat dua jalur makan utama, yaitu :
- Satu dimulai dengan tanaman besar seperti mangrove, padang lamun dan bergegas. Ketika mereka mati daun dan akar dipecah oleh bakteri dan jamur untuk menjadi detritus. Detritus dimakan oleh binatang kecil seperti siput, cacing dan kerang dan mereka, pada gilirannya, dimakan oleh makhluk yang lebih besar seperti ikan dan burung
- Jalur kedua dimulai dengan fitoplankton mikroskopik.. Mereka dimakan oleh zooplankton kecil yang kemudian menjadi makanan bagi siput dan kerang.
Pemanfaatan estuaria
Daerah muara sungai yang terlindung dan kaya akan sumber daya hayati menjadi tumpuan hidup para nelayan, sehingga tidak dapat dihindari terjadinya pemukiman di pinggiran muara sungai. Tidak hanya itu, karena muara sungai ini juga menjadi penghubung daratan dan lautan yang sangat praktis, maka manusia menggunakannya sebagai media perhubungan. Daerah yang terlindung juga menjadi tempat berlabuh dan berlindung kapal, terutama di saat saat laut berombak besar. Perkembangan industri pantai menambah padatnya wilayah estuari ini oleh kegiatan manusia karena daratan estuari merupakan akses yang bagus buat kegiatan industri itu, khususnya tersedianya air yang melimpah, baik itu untuk pendingin generator maupun untuk pencucian alat alat tertentu dan untuk membuang limbah ke lingkungan akuatik.
Mengingat banyaknya perikanan komersial yang tergantung pada ekosistem estuari ini maka perlindungan ekosistem ini merupakan salah satu persyaratan ekonomik yang utama agar perkembangan ekonomi di wilayah ini dapat dijaga kelanjutannya. Banyaknya jenis pemanfaatan wilayah di ekosistem estuari ini menyebabkan sering terjadinya bertentangan kepentingan dan kerusakan ekosistem yang berharga ini. Oleh karena itu, perencanaan terpadu wilayah estuari ini perlu dilakukan dengan seksama untuk menjaga ekosistem ini agar tidak rusak.
Secara umum estuaria dimanfaatkan oleh manusia sebagai berikut :
- Sebagai tempat pemukiman.
- Sebagai tempat penangkapan dan budidaya sumberdaya ikan.
- Sebagai jalur transportasi.
- Sebagai pelabuhan dan kawasan industri.
RAWA ASIN
Pengertian Rawa Asin (salt marshes)
Rawa asin adalah komunitas tumbuh-tumbuhan yang berakar didalam tanah dan batangnya mencuat ke atas air (emerjen) yang secara bergiliran tergenang dan kering karena kegiatan pasang surut. Rawa serupa ini terutama terdapat pada tingkat pasang surut tertinggi didaerah perairan terlindung dan seringkali terdapat bersama-sama dengan estuari. Oleh karena tumbuhan dominan berupa tumbuhan berbunga yang mencuat, tumbuhan ini hanya menyebar didaerah intertidal yang paling dangkal. Tumbuhan ini halofit, artinya mereka tumbuh ditanah yang kadar garamnya tinggi. Tumbuhan yang dominan merupakan tumbuhan herba angiosperma. Oleh karena bagian atas tumbuhan berada di atas air walaupun selam periode pasang naik, asosiasi ini mempunyai komponen darat maupun akuatik. (Nybakken, James. W. 1997).
Rawa asin merupakan lingkungan yang keras, beberapa faktor lingkungannya memperlihatkan variasi yang besar. Salinitasnya berfluktuasi seperti halnya estuari karena interkasi aliran sungai dan air laut. Tetapi karena rawa asin ini sendiri merupakan daerah intertidal, variasi salinitas dapat terjadi lebih mendadak dan lebih ekstrim dari pada yang dialami perairan estuari. Suatu hujan mendadak dan lebih ekstrim pada waktu pasang turun dapat menurunkan salinitas air permukaan sampai 0, sedangkan kembalinya pasang naik dapat menggenangi rawa tersebut dengan hampir sepenuhnya air laut. Tidak jarang rawa-rawa ini mengalami salinitas yang variasinya antara 20 o/00 sampai 40 o/00 pada satu siklus pasang surut saja.
Demikian juga suhu mengalami fluktuasi yang hebat. Pada saat pasang-turun, substrat terbuka terhadap pengaruh ekstrem suhu udara lingkungan daratan. Oleh karena rawa ini terdapat didaerah beriklim sedang, ini berarti suhu udara berada di bawah titik beku pada musim dingin dan diatas 30 0C pda musim panas. Kenyataanya suhu permukaan lumpur dapat berbed 10 0C dalam jangka waktu satu hari.
Substrat khas berupa lumpur, pada pokoknya mirip dengan sedimen estuari, dan berkadar garam tinggi sebagai akibat meresapnya air laut disertai tingginya laju penguapan.
Serangga mewakili komponen utama binatang daratan di rawa dan dapat hidup menetap di situ. Ada juga komponen binatang daratan yang masuk ke rawa hanya untuk mencari makan, umpamanya sejenis musang (raccoon). Pada waktu pasang-naik, binatang lautan dan estuaria masuk ke rawa, dan pada saat pasang-turun binatang darat mencari makan di rawa.
Ada dua jenis Rawa Asin :
- Rawa yang airnya tidak mengalami pergantian, dan
- Rawa yang airnya selalu mengalami pergantian.
Rawa yang airnya tidak mengalami pergantian memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Airnya asam atau payau, berwarna merah, kurang bagus untuk mengairi tanaman dan tidak dapat dijadikan air minum. Kadar keasaman air (pH) mencapai 4,5.
- Karena airnya asam, maka tidak banyak organisme (hewan maupun tumbuh-tumbuhan) yang hidup.
- Pada bagian dasar rawa umumnya tertutup gambut yang tebal.
Sedangkan rawa yang airnya mengalami pergantian memiliki ciri-ciri yang sebaliknya yaitu :
- Airnya tidak terlalu asam.
- Banyak organisme yang hidup seperti cacing tanah, ikan serta tumbuh-tumbuhan rawa seperti eceng gondok, pohon rumbia dan lain-lain.
- Dapat diolah menjadi lahan pertanian.
Keberadaan rawa banyak manfaatnya bagi kehidupan kita, manfaat rawa bagi kehidupan kita antara lain:
- Tumbuhan rawa seperti eceng gondok dapat dijadikan bahan baku pembuatan biogas dan barang-barang kerajinan anyaman seperti tas, dompet, hiasan dinding dan lain-lain,
- Dapat dijadikan daerah pertanian pasang surut,
- Sebagai lahan untuk usaha perikanan darat, dan
- Dapat dikembangkan menjadi daerah wisata.
CARA PENGAMBILAN SAMPEL
Pengumpulan data secara kualitatif di sungai dilakukan dengan cara menarik jala plankton, baik secara horizontal maupun secara vertikal. Pengambilan contoh pada perairan/sungai yang terdapat banyak tumbuhan terendam dikerjakan dengan menggunakan jala plankton yang bertangkai. Identifikasi jenis – jenis plankton merujuk pada Davis (1955).
Sampling secara horizontal ini dimaksudkan untuk mengetahui sebaran plankton horizontal. Plankton net pada suatu titik di laut, ditarik kapal menuju ke titik lain. Jumlah air tesaring diperoleh dari angka pada flowmeter atau dengan mengalikan jarak diantara dua titik tersebut dengan diameter plankton net. Flowmeter untuk peningkatan ketelitian.
Meletakkan plankton net sampai ke dasar perairan, kemudian menariknya ke atas. Kedalaman perairan sama dengan panjang tali yang terendam dalam air sebelumdigunakan untuk menarik plankton net ke atas. Volume air tersaring adalah kedalaman air dikalikan dengan diameter mulut plankton net.
Selain itu, untuk mengambil sample fauna seperti ikan, kepiting, kerang, dan berbagai jenis cacing digunakan alat tangkap seperti pukat dan jaring. Hal ini bertujuan untuk menjerat ikan atau kepiting – kepiting yang ada di perairan.
2 comments:
[…] Zona Intertidal : Pengertian, Tipe Pantai, Adaptasi Organisme, Jenis Organisme dll Zona Interstitial : Pengertian, Organisme, Adaptasi Organisme, Reproduksi Organisme dll Zona Subtidal : Pengertian, Organisme, Adaptasi dan reproduksi organisme, metode pengambilan sampel Estuari dan Rawa Asin : Pengertian, Organisme, Adaptasi dan reproduksi organisme, metode pengambilan… […]
ningalin jejak dulu ah
Post a Comment